Hargai & Hormati Orang Lain (Valuing & Respecting Others)

Created on March 30, 2021

Assalamualaikum wr wb,

Hi sobat LebSolution sekalian. Semoga semua dalam keadan sehat wal afiat. Aamiin YRA.

Kita berjumpa lagi dalam LebSolution Process Safety Tips of The Week. Kali ini kita akan membahas sedikit tentang Menghargai dan Menghormati orang lain (Valuing & Respecting Others), dalam hidup keseharian di masyarakat maupun di lingkungan kerja. Bagaimana hubunganya dengan Keselamatan Proses, akan kita bahas diakhir episode ini.

Saya berusaha untuk mendisiplinkan diri berolah raga jogging setipa hari. Biasanya dilakukan setiap pagi selepas sholat subuh dan baca Quran. Kadang-kadang bersama istri, kadang-kadang sendiri. Alhamdulillah, badan terasa lebih segar dan merasa lebih fit, dan sebenarnya saya merasa lebih ganteng juga dengan setelah sering jogging ini, tetapi sepertinya banyak yang tidak setuju dengan manfaat terakhir yang saya rasakan ini.. he he he.

Hampir setiap jogging pagi tersebut, saya selalu papasan dengan ibu-ibu paruh baya yang sedang membersihkan lingkungan perumahan. Kita sering menyebutnya “Ibu Sapu” karena memang alat kerja utamanya adalah “Sapu”. Sebuah perjuangan hidup yang berat sebenarnya untuk ibu-ibu.

Setiap papasan dengan mereka, selalu saya penuhi hati dan lisan saya dengan rasa bersyukur, bahwa ada yang membantu membersihkan lingkungan kita, dan bahwa ibu kita, istri kita, atau bahkan kita sendiri, tidak harus berjuang sekeras mereka untuk sekedar memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

Dan saat papasan itu, saya selalu menyempatkan diri dan memposisikan diri untuk bisa bertatap wajah dengan sang ibu sapu sambil tersenyum dan menyapa mengucapkan salam kepada mereka. “Selamat pagi bu. Terima kasih bu, jadi bersih nih bu komplek kita. Sehat selalu yah bu… dst”.

Mendengar sapaan dan salam tersebut, sang ibu sapu tersenyum lebar sambil menjawab, “Pagi juga pak, olah raga yah pak, biar sehat yah pak… dst”, diiringi dengan raut wajah berhiaskan senyum dan rona bahagia.

Awalnya saya berpikir apa kira-kira yang membuat ibu sapu tersebut terlihat begitu senang saat di sapa. Akhirnya saya menyadari bahwa keceriaan tersebut terjadi karena sang ibu sapu merasa dirinya dihargai (valued) dan dihormati (respected) oleh orang lain yang dianggap lebih baik kedudukannya.

Dan tentu saja dengan suasana hati yang senang, bahagia, dan positif seperti itu, si ibu sapu terlihat lebh semangat dan berenergi dalam menyelesaikan tugasnya.

Saya menikmati moment tersebut karena pada saat itu timbul perasaan bahagia juga pada diri saya. Sebuah kepuasan batin karena melihat sang ibu sapu bisa tersenyum. Bukankah membahagiakan orang lain itu ibadah. Bukankah senyuman adalah sedekah.

Di dunia kerja, phenomena yang sama sebenarnya juga terjadi. Saya akan cerita sedikit pengalaman pribadi saya untuk menggambarkan hal ini.

Karir saya pada 12 tahun pertama adalah sebagai Process Engineer dan Plant Superintendent di 2 perusahaan industri petrokimia besar. Yang pertama di Indonesia (6 tahun) dan yang kedua di Timur Tengah (4 tahun).

Sebagai process engineer yang men-support day-to-day operation dan operational project di fase operasi sebuah pabrik petrokimia, sudah pasti saya butuh dukungan dan bantuan dari tim production, maintenance, dan engineering.

Alhamdulillah, saya mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar biasa besar dan tulus dari tim-tim lapangan  tersebut. Hal ini tentu saja membuat saya lebih mudah dan lancar dalam meyelesaikan tugas saya, seperti:

  • Investigasi process upset atau kecelakaan proses…
  • Analisa usulan perbaikan proses
  • Meindaklanjuti usulan perubahan (Management of Change)…
  • Membuat laporan produksi dari sisi process technology (best 24 hours parameters, etc)
  • Memimpin “Plant Trial” untuk mencoba teknologi baru atau memproduksi produk baru (Pre-Marketing Production), dst.

Dalam contoh yang terakhir (Plant Trial), dukungan tim operasi begitu terasa. Normalnya,  pengambilan sample produk dilakukan setiap 4 jam pada titik-titik tertentu. Pada saat plant-trial yang saya pimpin, setingkali pengambilan sample bisa 2 sampai 3 lebih banyak (frekuensinya lebih sering bisa setiap jam kadang-kadang, dan pada titik yang lebih banyak). Bahkan mereka begitu bersemangat mengingatkan saya saat waktu mengambil sample berikutnya sudah dekat.

Pada saat yang sama, saya sering mendengar orang lain harus bekerja lebih keras, atau bahkan tidak berhasil untuk mendapatkan dukungan/bantuan tim-tim lapangan seperti yang saya dapatkan. Sehingga akhirnya karena penasaran saya coba pancing informasi dari beberapa orang tim production sambil ngobrol-ngobrol di-smoking hut (Alhamdulillah sudah 15 tahun ini saya berhenti merokok).

Saat saya bertanya tentang apa yang membuat mereka begitu bersemangat membantu saya, jawaban mereka seperti ini kira-kira: “Karena kami merasa di-manusia-kan. Peran kami dihargai dan kami merasa dihormati. Sering kali kami merasa, kami hanya dianggap pekerja kasar, pesuruh, untuk jalanin pabrik, tanpa perlu tahu banyak kenapa hal tersebtu perlu dilakukan. Sedangkan bapak sering duduk-duduk bersama kami di control-room dan bahkan sering ikut ke lapangan, bukan hanya saat ada plant trial atau ada perlu lainnya, tetapi saat tidak ada keperluan pun bapak sering duduk bertukar cerita dengan kami. Yang paling kami rasakan saat pak Lukman membagi ilmu tentang process technology di plant kita. Kami jadi tahu kenapa plant-trial tersebut dilakukan, apa teori dibalik perubahan parameter yang kami lakukan di lapangan maupun di control-room, apa pentingnya pengambilan sample yang lebih banyak, dst. Itu semua disampaikan dengan menekankan besarnya makna peran kami dalam Plant Trial tersebut dan manfaatnya bagi semau stakeholder jika trial-nya berhasil. Kami merasa lebih berdaya karena peran kami bermakna”.

Dalam konteks Keselamatan Proses (Process Safety), memiliki pekerja yang merasa diberdayakan, dihargai dan dihormati pada perannya masing-masing, adalah sangat penting. Kondisi psikologis seperti itu akan membuat pekerja lebih fokus dalam bekerja, termotivasi untuk meningkatkan kompetensinya, dan pada akhirnya akan lebih besar komitmennya dalam memenuhi persyaratan keselamantan proses dalam bekerja dan dalam melaksanakan program-program keselamatan proses.

Elemen pertama dari MAKPROS®, Sistem Manajemen Keselamatan Proses yang dikembangkan oleh LebSolution), Budaya Keselamatan Proses (Process Safety Culture), menekankan bahwa budaya keselamatan proses yang baik ditopang oleh 3 unsur, yaitu:

  1. Pimpinan yang berkomitmen (Committed Leadership),
  2. Pekerja yang berdaya dan terlibat (Empowered and Engaged Employee), dan
  3. Komunikasi yang baik antara pimpinan dan pekerja (Well established communication between leadership and employee).

Cerita diatas tentang pentingnya menghargai dan menghormati orang lain, sangat berkaitan erat dengan unsur nomor 3 diatas, yaitu “Komuniasi yang baik”. Pimpinan harus bisa meng-investasikan waktu dan usaha untuk menciptakan perasaan pada setiap pekerja bahwa peran mereka dihargai, diri mereka dihormati, dan hasil kerja mereka bermakna bagi perusahaan. Saat kondisi ini tercipta, Budaya Keselamatan Proses yang baik adalah sebuah keniscayaan.

Demikian LebSolution Process Safety Tips of The Week kali ini. Semoga bermanfaat bagi teman teman semua, dalam memastikan operasi yang aman, handal, menguntungkan, dan berkelanjutan (safe, reliable, profitable, and sustainable).

Dan jangan lupa, untuk Subscribe channel ini, serta Like dan Share videonya, agar bisa memberikan manfaat yang lebih luas.

Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.

Semangat, Sukses, dan Sehat selalu.

Waasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Terima kasih

Lukmanul Hakim

www.lebsolution.com

#lebsolution; #makpros; #processsafety; #processsafetymanagement; #riskmanagement; #hazop; #hazid; #pha; #riskassessment; #PSM; #projectsafetyreview; #prestartupsafetyreview; #majorhazards; #consequencemodelling; #competencymanagementsystem; #safetycriticalelement; #sce


Explore other News