Alhamdulillah dalam 2.5 bulan terakhir ini saya dan team LebSolution sudah 5 kali bolak-balik Jakarta-Dumai, dalam rangka delivery proyek HAZOP Revalidation untuk salah satu “Lube Base Oil Refinery Plant” di Dumai. Update tentang proyek tersebut inshaa Allah akan di-issue sometime bulan depan setelah proyek-nya 100% completed.
“Note of Today” kali ini ingin bercerita tentang pengalaman dalam perjalanan Jakarta-Dumai tersebut, yang merupakan pengalaman pertama kami mengunjungi Riau, Pekanbaru, dan Dumai. Kami bertiga adalah Lukmanul Hakim, Hamam Sahroni, dan Beny Destiawan, the “3 musketeers” from LebSolution.
Kata orang, wilayah dari Pekan Baru ke Dumai itulah daerah-daerah yang dapat sebutan “Kota Minyak” di Indonesia, yaitu Rumbai, Minas, Duri, dan Dumai. Salah seorang teman terbaik saya, pak Henky Anugerah (partner back-to-back sewaktu 3 tahun bertugas di Tangguh LNG 2007-2009 yang dulunya pernah kerja di Caltex atau sekarang Chevron) meng-istilahkan wilayah tersebut adalah “Houston”-nya Indonesia, dimana hampir di semua wilayah berserakan sumur-sumur minyak dan pompa-pompa angguk-nya.
Istilah Pak Henky tersebut ternyata benar juga saat saya melihat sendiri sumur-sumur dan pompa-pompa angguk tersebut. Dan kalau kita pergi ke toko oleh-oleh dan souvenir di Pekan Baru, ternyata salah satu “maskot” provinsi Riau adalah “pompa angguk minyak”. Jadi ingat informasi yang pernah disampaikan dalam salah satu diskusi Panel BKK-PII bekerja sama dengan IATMI di tahun 2012 (kalau tidak salah ingat), dimana dari total produksi minyak Indonesia yang sekitar 1 juta BOE itu, sekitar 50-60% nya berasal dari lapangan yang dioperasikan oleh Chevron, dan lapangan tersebut sebagian besarnya ada di Riau.
Saking exciting-nya, kami menyempatkan diri untuk berhenti sebentar untuk foto-foto di lokasi sumur tua yang disebut sebagai “The first discovery well” di daerah Minas. Saat itu, sempat juga bangga sebagai orang Indonesia yang kaya sumber alamnya – walaupun akhirnya sadar juga bahwa yang lebih besar menikmati-nya yah perusahaan asing yang mengelolanya. Tetapi okelah, mungkin itulah harga yang harus dibayar untuk alih teknologi yang sekarang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan minyak nasional.
Walhasil sepanjang perjalanan dari Pekan Baru ke Dumai yang kurang lebih berjarak 200 km tersebut, salah satu pemandangan yang kami lihat adalah pipa minyak milik negara dibawah pengelolaan SKK Migas yang di operasikan oleh Chevron. Pipa-pipa tersebut seolah sengaja menemani perjalanan kami sambil turun naik, keluar masuk tanah, dan meliuk-liuk mengikuti kelokan jalan yang kami lalui. Minyak dikirim ke Dumai karena di sana ada fasilitas pengolahan minyak milik Pertamina, yaitu Pertamina Refinery Unit-II yang akan mengolah minyak mentah tersebut menjadi BBM yang sering kita pakai sehari-hari.
Singkat kata, setelah sampai Dumai, deliver proyek disana, kemudian kami kembali lagi pulang. Dalam salah satu perjalanan pulang, seorang teman dari perusahaan client, namanya Muhammad Iqbal, yang ikut menemani kami dalam perjalanan pulang sempat nyeletuk… “Pak Lukman, Riau ini provinsi yang kaya, bayangkan minyak ada dimana-mana disemua wilayah provinsi-nya, bahkan bukan hanya di bawah tanah tetapi juga di atas tanah”.
Pertama-tama saya sempat bingung juga apa yang dimaksud dengan “minyak diatas tanah”, tetapi setelah dipikirkan lebih dalam sambil melihat ke arah luar mobil yang kita tumpangi baru saya paham yang dimaksud si Iqbal itu. “Minyak diatas tanah” adalah minyak kelapa sawit yang berasal dari “hutan kelapa sawit” yang terhampar dipermukaan tanah sejauh mata memandang. Benar juga si Iqbal ini… ternyata dia cerdas juga he he he … Dibawah tanah “petroleum oil” diatas tanah “edible oil”.
Subhanalloh, jadi teringat surat Ar-Rahman … “Fabiayyi aala irobbikuma tukadziban”… yang artinya kurang lebih “Maka nikmat tuhan mana yang akan akan engkau dustakan?”
Namun demikian, beberapa saat kemudian, saya mulai merasa sedikit “galau” … oleh sebuah pertanyaan dalam hati saya sendiri. Negeri Riau yang katanya sangat kaya tersebut, penampakan serta kondisi aktual dilapangan yang terlihat oleh saya tidak menunjukkan “kekayaan-nya” itu. Semoga ini hanya karena pengetahuan saya yang terbatas.
Sehingga akhirnya berkecamuk pikiran-pikiran negative dalam kepala saya… yah tentang pejabat yang sedang diproses KPK (by the way, Riau sekarang sedang “hatrick” saudara-saudara dalam hal 3 gubernur-nya secara berurutan masuk buih KPK), tentang para rampok dan mafia migas yang mencuri minyak mentah dan BBM bersubsidi lewat kepulauan Riau dalam skala “kapal tanker” bukan jerry-can, tentang pejabat dan pengusaha hidung belang yang pura-pura tidak tahu penyebab kebakaran hutan sawit, para maling minyak yang punya banyak backing yang melakukan illegal tapping pada pipa-pipa minyak, dan lain-lain.
Rekaman buruk tersebut diatas yang sering saya dengar di media massa dan cerita teman-teman yang berasal dari Riau juga, akhirnya memberikan kepahaman bagi saya kenapa kekayaan alam Riau tersebut tidak saya lihat saat mengunjungi provinsi tersebut.
“Pada Hati Yang Miskin, Kekayaan Fisik Tiada Manfaat”.
“Pada Hati Yang Kaya, Kemiskinan Fisik Pun Bisa Memberi Berjuta Manfaat”
Anyway, dalam perjalanan pergi ke dan pulang dari Riau tersebut, ada banyak hal yang saya syukuri dan saya nikmati pula… diantaranya Sate Padang depan Hotel Grand Zuri Dumai, Soto Padang BBC, Rumah Makan Padang Pak Datuk, Rumah Makan Patin Yunus Pekan Baru, dan yang paling penting punya banyak teman-teman baru di Riau.
Semoga semua keadaan diatas menjadi lebih baik, dan Riau bisa menjadi salah satu provinsi terkaya lahir dan batin, hati dan fisik, bukan hanya di Indonesia tetapi dikancah internasional, sehingga kejayaan kerajaan “Siak Sri Inderapura” bisa terulang kembali, dengan menciptakan kesejahteraan bagi warganya.
Untuk sementara itu dulu cerita sekilas pengalaman dalam perjalanan JKT-DUMAI ini. Semoga menjadi cerita ringan yang bermanfaat untuk menemani akhir pekan teman-teman semua. Amin
Wassalam,
Lukmanul Hakim
LebSolution
www.lebsolution.com
http://www.linkedin.com/company/lebsolution-indonesia
https://www.linkedin.com/profile/view?id=166219664